Beranda Berita Utama Revolusi Industri 4.0 dan Dunia Pendidikan Kita

Revolusi Industri 4.0 dan Dunia Pendidikan Kita

687
0
Revolusi Industri 4.0 dan Dunia Pendidikan Kita

Oleh: I Wayan Mudiyasa, S.Pd.M.MPd

PADA bulan Desember 2016 Business Insider Malaysia merilis sebuah artikel yang merinci 21 (dua puluh satu) titik teknologi titipan yang akan dicapai menjelang tahun 2030. Titik tekonologi titipan yang akan dicapai itu antara lain robot farmasi pertama akan tiba di Amerika Serikat pada tahun 2021, 1 triliun sensor akan disambungkan ke internet menjelang tahun 2022, 10% penduduk dunia akan memakai pakaian yang disambungkan ke internet menjelang tahun 2022, kereta pertama yang dicetak melalui teknologi 3D akan dikeluarkan pada tahun 2022, telefon mudah alih yang pertama dapat ditanam dalam tubuh manusia dan dipasarkan pada tahun 2025, 90% penduduk dunia akan mempunyai komputer super di dalam saku mereka menjelang tahun 2023, akses ke internet akan menjadi hak dasar menjelang tahun 2024, 30% audit di perusahaan akan dilakukan oleh robot menjelang tahun 2025, kendaraan tanpa pemandu akan hadir di Amerika pada tahun 2026, robot bijak-pandai pertama akan dipakai oleh lembaga pengarah pada tahun 2026, bandar udara pertama tanpa petugas akan muncul pada tahun 2026. Prediksi pencapaian-pencapaian ini masuk akal karena saat ini dunia sedang masuk pada era baru yang dikenal dengan revolusi industri 4.0.

A. KONSEP REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab, Ekonom terkenal asal Jerman dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution. Menurut  Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri.

Pertama, akhir abad ke-18. Ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Banyak orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda.

Kedua, awal abad ke-20. Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Kala itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Lini produksi pertama melibatkan rumah potong hewan di Cincinnati, Amerika Serikat, pada 1870.

Ketiga, awal 1970. Pada awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri 3.0. Dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084-969. Sistem otomatisasi berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia. Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah.

Keempat, awal 2018. Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas dan menjadi tren terbaru teknologi yang sedemikian rupa canggihnya, yang berpengaruh besar terhadap proses produksi. Teknologi internet ini tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi menjadi bukti munculnya teknologi ini. Pada sektor manufaktur, gabungan teknologi-teknologi ini juga mampu mewujudkan antara lain 3D printing. Dalam 3D Printing, sebuah robot bidang konstruksi dimampukan untuk mencetak sebuah rumah.  Revolusi industri ini disebut Schwab sebagai revolusi industri 4.0.

B. PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Hadirnya revolusi industri 4.0 membuat dunia kini mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompetitif. Di bidang pendidikan, revolusi industri 4.0 memberi tantangan sekaligus peluang menarik. Olehnya, dunia pendidikan juga mau tak mau harus tanggap dan siap menyesuaikan agar output-nya bisa bersaing dan berdaya-guna di era industri 4.0. Beberapa hal yang harus mendapat perhatian serius dalam dunia pendidikan berhadapan dengan revolusi industri 4.0 antara lain:

  1. Peninjauan Kembali Fokus Kurikulum Pendidikan. Menghadapi industri 4.0 kurikulum pendidikan harus ditinjau dan disesuaikan. Kiranya mendesak dalam kurikulum pendidikan untuk sejak dini peserta didik dibekali dengan lima kompetensi ini. Pertama, kemampuan berpikir kritis. Kedua, kreatifitas dan kemampuan inovatif. Ketiga, keterampilan menggunakan teknologi dan kemampuan berkomunikasi. Keempat, kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi. Kelima, kepercayaan diri. Kelima kompetensi ini mendesak untuk ditanamkan sejak dini karena akan menjadi modal dasar bagi peserta didik untuk masuk dalam dunia industri 4.0. Bila ini diabaikan atau tidak direspon secara cepat dan tepat, produk pendidikan kita pasti tidak akan siap menjawab tantangan di era revolusi 4.0.
  2. Penerapan Konsep Heutagogi dalam Proses Belajar Mengajar. Dalam proses belajar mengajar, konsep pedagogi masih terasa dominan dimana peserta didik lebih banyak ditentukan dan diarahkan pengajar. Pada tingkatan pendidikan yang lebih tinggi konsep ini perlu digeser pada konsep andragogi dimana hubungan pengajar dan peserta didik lebih bersifat timbal balik, pengajar tidak dominan mengarahkan tapi berperan sebagai fasilitator. Penekanannya lebih pada diskusi, simulasi, permainan peran dan pemecahan masalah. Pada era industri 4.0 proses belajar tidak cukup hanya sampai pada konsep adragogi, tetapi harus dikembangkan konsep heutagogi dimana peserta didiklah yang diberi peran dominan. Peserta didik diberi banyak ruang dan waktu untuk menentukan apa dan bagaimana belajar itu sambil memanfaatkan ledakan teknologi informasi di sekitarnya. Stewart Hase & Chris Kenyon (2013) menjelaskan bahwa “… the essence of heutagogy is that in some learning situations, the focus should be on what and how the learner wants to learn, not on what is to be taught…” Konsep heutagogi menawarkan kebebasan kepada pebelajar (learner) untuk menentukan  (determine) sendiri belajarnya.  Learner dan teacher saling bertukar pikir tentang apa yang pas untuk dipelajari oleh pebelajar dan bagaimana cara membelajarkannya atau langkah-langkah pembelajaran dan sumber-sumber belajar apa yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditentukan tersebut. Dengan kata lain posisi pembelajar lebih sebagai konsultan pembelajaran. Namun, yang perlu untuk digarisbawahi bahwa dalam praktiknya heutagogi lebih menekankan pada tingkat kemandirian  dan kematangan pebelajar dalam belajarnya. Dengan kata lain, meskipun sangat menjanjikan, kesuksesan penerapan heutagogi hanya akan maksimal jika target belajarnya memiliki tingkat kemandirian dan kematangan belajar yang cukup, yaitu memiliki visi belajar yang jelas, memiliki pemahaman yang baik tentang kecenderungan belajar dan gaya belajar (metacognitive skill)  yang dimiliki. Metode ini tentu tidak cocok untuk pebelajar di jenjang awal, tetapi ini menjadi tantangan kita ke depan yaitu menemukan dan memastikan formula  heutagogi yang tepat untuk diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
  3. Perlunya Penelitian dan Pengembangan serta Prioritas Program . Di samping melakukan reformasi sekolah, penambahan kuota guru, revitalisasi serta peningkatan kapasitas dan profesionalisme tenaga pendidik maupun kependidikan, kurikulum yang dinamis serta sarana dan prasarana yang handal, teknologi pembelajaran yang mutakhir kiranya sangat mendesak untuk memberi perhatian lebih pada investasi, penelitian dan pengembangan program-program yang berkaitan dengan era industri 4.0. Hal ini dimaksudkan untuk mendata dan memetakan potensi, peluang, tantangan dan kesiapan kita memasuki era industri 4.0. Program-program hasil penelitian tersebut harus dijadikan prioritas dan sesegera mungkin dikembangkan secara maksimal agar kita tidak tertinggal dan kalah bersaing di era industri 4.0. Program-program yang secepatnya diberi perhatian antara lain: penyiapan teknologi yang berbasis internet di lingkungan sekolah, penyiapan sekolah-sekolah kejuruan berbasis teknologi muthahir, vokasi SMK, penyiapan politeknik-politeknik melalui program skill for competitiveness, pelatihan-pelatihan dan edukasi teknologi informasi di lingkungan pendidikan.

(Penulis adalah Sekretaris Dinas Pendidikan Kab. Bolaang Mongondow)

(**)

Artikulli paraprakPasca MoU Pemkot Kotamobagu dengan BI, Tiga Poktan Nenas Terus Diberi Pelatihan
Artikulli tjetërKapolres Bolaang Mongondow Polisi Melayani

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.