Beranda Berita Utama Pilkada dan Hiruk Pikuk Siluman

Pilkada dan Hiruk Pikuk Siluman

440
0
Pilkada dan Hiruk Pikuk Siluman
Ridwan Lasamano

AGAK ANEH bin janggal ketika baca judul ini, saya juga jadi heran sendiri ketika baca judul yang saya cantum disitu, bukankah siluman itu makhluk tak terlihat, tapi kenapa dibilang hiruk pikuk, bukankah siluman itu ibarat kentut, terdengar, berbau tapi tak terlihat. Tapi sudahlah, saya tak mau berlama-lama bicara siluman apalagi kentut.

Menjelang Pilkada, banyak berseliweran siluman di group-group media sosial, siluman yang saya maksud adalah akun-akun dengan nama aneh yang sering meramaikan dunia maya, agak bisa ditolerir kayaknya kalau siluman masih bicara soal damai, tapi yang parah itu kalau siluman yang bicara isu Sara, bernada provokatif dan lain sebagainya, akibatnya, isu yang dilempar oleh siluman dari pojok gelap justru menjadi beban sahut-sahutan oleh akun asli, ulah para penghuni pojok gelap ini sering menyita energi kaum nyata untuk terus berbalas pantun tak habis-habis.

Kenapa energi kita harus tersita berbalas pantun bahkan beradu angkara dengan materi subjektif yang sengaja ditabur oleh siluman, kenapa kita harus memupuk subur taburan tak jelas itu.

Bukankah akan lebih elok kalau suksesi ini kita bicarakan baik-baik dalam suasana kekeluargaan, dengan materi objektif dan tak berlama-lama membicarakan soal SIAPA, tapi APA dan BAGAIMANA.

Sejatinya Politik ini kan begini, kita tak perlu lama-lama terjebak dalam pembicaraan subjek yang bisa berujung saling marah dan akhirnya jadi enggan bertegur sapa di alam nyata, yang miris lagi kalau tak bertegur sapa ini menjadi siklus lima tahunan.

Bukankah kita sedang menipu nurani kita sendiri jika terlalu berdebat panjang soal siapa, apa sebenarnya ujung dari semua ini?, bukankah kita sesama insan Bangsa punya cita-cita yang sama di alam merdeka ini, bukankah kita sama-sama punya harapan yang sama untuk hidup nyaman, tenteram, damai dan penuh kekeluargaan, bukankah model hidup seperti ini yang pernah dialami leluhur kita di Keidupa, Bulangita dan Bintauna, mereka saling “Mototabiana”, yang di atas menyayangi yang di bawah, yang dibawah menghormati yang di atas. Penuh damai dan tenteram, namun semua praktek luhur leluhur ini sirna, setelah Negara api menyerang.

Kembali ke soal siluman, beberapa waktu lalu, salah satu group sosial media facebook di Bolmut diresahkan dengan beberapa akun yang sering menebar isu provokatif bahkan fitnah. Warga group dibuat resah dan sibuk bersahut-sahutan, yang berujung pada prasangka dan saling mencurigai.

Sebegitu beraninya akun palsu menghajar dari pojok gelap tak terlihat, lucu memang, jika yang asli berdebat dengan yang palsu, yang palsu mengenali yang asli, yang asli tak mengenali yang palsu, seolah sedang bergulat dengan angin.

Kenapa manusia begitu tega membombardir habis manusia lain dari dimensi tak terlihat. Kalaupun yang dipesankan itu adalah hal yang benar, namun yang menyampaikan dari akun gelap itu si empunya status tak meyakini kebenaran yang dia sampaikan sendiri. Dia tak mempercayai apa yang dia sampaikan walau benar.

Fenomena apa ini sebenarnya, kenapa harus menyembunyikan identitas ketika menyampaikan kebenaran.

Izinkan saya berspekulasi tentang hal ini, munculnya akun Palsu membeber segala cerita, karena yang asli sendiri tak mampu menyampaikan kebenaran, yang asli terbungkam seribu basa, sehigga harus menggunakan jasa siluman.

(*)

Artikulli paraprakDana Bos Segera Dicairkan
Artikulli tjetërKPU Sulut Pantau Langsung Verfak Ulang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.