
BOLMONG – Wilayah Dumoga raya, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), merupakan daerah penghasil lumbung beras terbesar di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), akan tetapi akhir-akhir ini, dibit air yang ada di dua bendungan yakni Kosinggolan di Desa Doloduo dan bendungan Toraut di Desa Toraut Utara, keduanya di Kecamatan Dumoga Barat, sehingga mengancam kegagalan panen para petani sawah.
Dikatakan Sangadi (Kepala Desa, red) Desa Toraut Utara, Jainudin Mokoagow, dibit air di dua bendungan besar itu, kini telah berkurang dikarenakan dan mengalami pendangkalan.
“Akibatnya petani sawah mengalami penurunan hasil produksi,” kata Mokoagow, Senin (29/08/2016).
Menurutnya dengan berkurangnya dibit air diakibatkan musim kemarau ini, sistim pengairan saluran irigasi harus digilir. “Terlebih saat ini, pemerintah Kabupaten Bolmong melalui Dinas Pertanian dan Peternakan, banyak membuka percetakan sawah baru,” ungkapnya.
Bahkan kata Jainudin Mokoagow, ada beberapa percetakan sawah baru, dinilai lebih tinggi dari saluran irigasi. “Nah bagaimana dengan dibit air di dua bendungan yang menyuplai air ke sawah, sementara sawahnya lebih tinggi dari saluran irigasi,” ujarnya.
Sebelumnya, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulut, Julius Jems Tuuk, saat melakukan reses diwilayah Dumoga Raya, ketika mendengar keluhan warga petani, mengaku akan menindaklanjuti terkait permasalahan yang dialami para petani ini.
“Saya akan lakukan koordinasi dengan pihak Balai Sungai Sulawesi Wilayah II, yang berada di Manado,” kata Tuuk.
(Endri Tanjung)